Hasilkan Uang Dari Short Link

Mahir Epidemiologi Soroti Fenomena Gunung Es Wabah Covid-19 Di Riau

Tenaga medis menggunakan alat pelindung diiri dikala melayani warga yang akan berobat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Dumai Kota di Dumai, Riau, Selasa (14/4/2020). Tata cara dan jam pelayanan kesehatan di Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 mengalami perubahan menyerupai warga yang akan berobat diarahkan menunggu di luar gedung dengan pemberlakuan Physical Distancing dan jam pelayanan bertambah hingga malam hari pada Puskesmas yang tidak melayani pasien rawat inap. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/foc.

Perhimpunan jago Epidemiologi menunjukkan rekomendasi kepada Gubernur Riau biar memperkuat upaya penanggulangan dari bagian hulu, alasannya ialah tingginya angka selesai hidup pasien dalam pengawasan (PDP) diduga COVID-19 yang memperlihatkan fenomena gunung es pada wabah yang terjadi di Provinsi Riau.
“Angka akhir hidup dianggap tinggi itu merupakan fenomena gunung es (karena) yang terdeteksi gres orang yang sudah diperiksa dan sanggup perawatan di rumah sakit. Ada 78 hingga 80 persen orang tanpa tanda-tanda (jerawat),” kata Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Cabang Riau, dr Wildan Asfan Hasibuan M.Kes kepada ANTARA di Pekanbaru, Rabu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau, hingga Rabu pagi ini angka simpulan hidup PDP naik lagi jadi 20 masalah. Namun, gres dua pasien yang terkonfirmasi positif terinfeksi dan meninggal sebelum sempat sanggup perawatan selayaknya pasien positif COVID-19.
Jumlah dilema positif COVID-19 ada 20 orang, termasuk dua yang sudah meninggal saat masih berstatus diduga. Baru dua orang yang dinyatakan sembuh. Sementara itu, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 34.225 orang.
Menurut dr Wildan, secara determinan ada dua faktor yang mensugesti dilema COVID-19 menjadi fatal, yaitu apabila pasien usia lanjut kemudian apabila ada penyakit penyerta. Karenanya, penanganan di cuilan hulu melalui Puskesmas hal ini harus diperkuat pada dua kelompok berisiko tersebut.
“Karena kelompok dua ini banyak yang mati tiba-tiba, angka simpulan hidup itu tinggi di sini. Gejala sedikit saja yang usia renta dan ada penyakit penyerta, begitu mereka kena pribadi terjadi kedaruratan dan sanggup lewat (mati),” ujarnya.
Berikut ini rekomendasi PAEI Riau:

  • Lakukan penelusuran (tracing) masyarakat yang datang dari luar negeri atau tempat terserang dan lakukan isolasi berdikari.
  • Tracing semua kontak PDP dan konfirmasi positif berdasarkan PCR (Plymerase Chain Reaction).
  • Isolasi semua pasien orang tanpa tanda-tanda (OTG), dan ODP secara berdikari/ khusus, dan di Rumah Sakit untuk pasien PDP dan Konfirmasi positif COVID-19.
  • Tes cepat (rapid test) semua OTG, ODP, dan tenaga kesehatan yang kontak dengan penderita, serta lakukan tes cepat massal di Kelurahan/Desa terserang.
  • Tindakan mulai dari yang sederhana oleh Puskesmas hingga dengan contoh ke Rumah Sakit Provinsi.
  • Edukasi yang lebih luas tentang Covid-19 oleh Dinas Kominfo atau instansi yang ditunjuk Provinsi dan Kabupaten/Kota.
  • Sistem info (surveilans epidemiologi) perlu diperkuat dengan analisa dan interpretasi data.
  • Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten/Kota yang sudah ada transmisi lokal dan berada dalam satu kesatuan epidemiologi.
  • Supervisi untuk memperkuat administrasi dan kompetensi Pemerintah Kabupaten/Kota.*

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mahir Epidemiologi Soroti Fenomena Gunung Es Wabah Covid-19 Di Riau"

Post a Comment